Tatanan Tambang Kobalt Global 2024: Mengapa 5 Tambang Ini Mendukung Setengah Dunia Baterai Kendaraan Listrik

Mobil listrik semakin laris, tapi tahukah kamu? Kendala sebenarnya bukan di chip, melainkan di kobalt—logam hitam yang tak mencolok ini.

Data menyentuh hati: Pada tahun 2023, produksi kobalt global mencapai rekor tertinggi yaitu 2,3 juta ton. Terlihat banyak, tapi masalahnya—Republik Demokratik Kongo (DRC) sendiri memproduksi 1,7 juta ton, atau 74% dari seluruh dunia. Apa artinya ini? Artinya, rantai industri energi baru sebenarnya dikendalikan oleh sedikit tambang saja.

Yang paling gila adalah, 5 tambang kobalt terbesar di dunia semuanya berada di Kongo.

Seberapa pentingkah 5 tambang ini?

Peringkat 1: Tenke Fungurume

• Produksi 2023: 28.500 ton kobalt
• Status: Dimiliki 80% oleh perusahaan China, CMOC
• Teknologi canggih: Produksi meningkat hampir 9 kali lipat dari 2020-2023

Operasi CMOC ini cukup agresif. Pada 2023, mereka mengeluarkan 200 juta dolar AS untuk menyelesaikan sengketa dengan pemerintah lokal, lalu melalui tambang Kisanfu yang baru dibuka, mereka merebut gelar “produsen kobalt terbesar di dunia” dari Glencore. Raksasa baterai China, CATL, juga berinvestasi di sana, menunjukkan betapa pentingnya rantai industri ini.

Peringkat 2-3: Kamoto dan Kisanfu

• Kamoto: 27.600 ton (75% Glencore, 25% pemerintah lokal)
• Kisanfu: 27.000 ton (75% CMOC, 25% CATL)

Menariknya, Kisanfu baru mulai berproduksi pertengahan 2023 dan langsung menjadi yang ketiga terbesar di dunia. Saat jalur produksi ini diaktifkan, pasar sedang mengalami kelebihan pasokan kobalt—ini bukan kebetulan, melainkan sinyal terjadinya pergeseran besar dalam rantai pasok.

Peringkat 4-5: Kurang dari 15.000 ton

• RTR Kobalt: 14.700 ton
• Mutanda: 11.200 ton

Fakta di balik rantai pasok

China bukan hanya konsumen terbesar kobalt, tapi juga produsen utama kobalt olahan—87% digunakan untuk baterai lithium. Tapi tambang utama berada di luar negeri, inilah sebabnya perusahaan China gila-gilaan mengakuisisi tambang di Kongo belakangan ini.

Ada detail menarik: tahun ini, Kanada pertama kalinya mengungguli China di daftar “Rantai Pasok Baterai Terbaik” BloombergNEF. Tapi ini bukan soal produksi, melainkan efisiensi pengolahan dan pengangkutan. Bahan mentah tetap harus dari Kongo.

Peluang investasi

Jika harga kobalt terus naik, 5 tambang ini akan menjadi mesin uang. Tapi, jika teknologi baterai energi baru berkembang dan mengurangi ketergantungan pada kobalt, perusahaan yang memegang saham tambang ini mungkin menghadapi risiko kelebihan kapasitas. Pada 2019, Mutanda pernah berhenti karena harga kobalt yang rendah, baru mulai beroperasi kembali pada 2021.

Intisari utama: Siapa yang menguasai tambang kobalt di Kongo, dia yang mengendalikan harga dan biaya produksi baterai mobil listrik.