#美国政府停运 Banyak investor yang melihat suatu negara memperketat kebijakan mata uang kripto, reaksi pertama mereka adalah panik menjual. Tetapi logika ini, sudah tidak berlaku lagi di pasar Bitcoin saat ini.

Membuka data sejarah akan menemukan bahwa tindakan regulasi dari satu negara, pengaruhnya semakin berkurang dari tahun ke tahun.

Pada akhir 2013, ketika bank sentral pertama kali menyatakan bahwa Bitcoin tidak memiliki atribut mata uang, harga memang jatuh drastis, kemudian memasuki masa stagnasi selama 3 tahun. Pada masa itu, Bitcoin masih menjadi eksperimen di kalangan kecil, saluran peredaran dibatasi, sehingga kondisinya sangat lemah.

Hingga September 2017, bursa kripto secara kolektif menutup operasinya. Setelah pasar mengalami fluktuasi singkat, apa yang terjadi? Dalam beberapa bulan, harga tidak hanya pulih, tetapi juga menembus rekor tertinggi. Mengapa? Karena aliran dana hanya berpindah, tidak hilang.

Larangan penambangan pada Juli 2021 pun lebih menarik lagi. Total kekuatan hash jaringan menurun dalam jangka pendek, tetapi para penambang segera bermigrasi ke Amerika Utara dan Asia Tengah. Kurang dari setengah tahun, data kekuatan hash mencapai rekor baru. Ini membuktikan bahwa ketahanan jaringan desentralisasi jauh lebih kuat dari yang dibayangkan.

Sekarang, Bitcoin sudah bukan lagi aset yang bisa dikendalikan oleh satu wilayah tertentu.

Perdagangan global, masuknya institusi, regulasi yang beragam—faktor-faktor ini membuat pasar menjadi lebih tersebar dan matang. Kebijakan regional mana pun hanya mampu menciptakan fluktuasi jangka pendek, tidak mampu mengubah tren jangka panjang.

Apa yang menjadi langkah rasional? Mematuhi regulasi setempat, tetapi jangan takut oleh isu kebijakan sesaat. Arah pasar ditentukan oleh permintaan dan konsensus, bukan oleh satu dokumen. Mereka yang benar-benar memahami tren tidak akan tersesat dalam kebisingan jangka pendek.