Prancis mencabut pembatasan perjalanan Pavel Durov, tetapi penyelidikan kriminal terhadap Telegram masih berlanjut.

Otoritas Prancis telah sepenuhnya mencabut larangan perjalanan terhadap pendiri Telegram, Pavel Durov, yang menandai bahwa pendiri aplikasi pesan instan ini mendapatkan hak kebebasan bergerak secara penuh untuk pertama kalinya sejak ditangkap di Paris pada Agustus 2024.

Kasus ini berasal dari penemuan penyelidik Prancis bahwa platform Telegram secara luas digunakan oleh kelompok kriminal terorganisir untuk perdagangan ilegal, pencucian uang, dan aktivitas melanggar hukum lainnya. Karena enkripsi end-to-end dan kebijakan berbagi data terbatas dari platform tersebut, penegak hukum kesulitan untuk melacak petunjuk kejahatan.

Oleh karena itu, Durov ditangkap secara resmi di Prancis pada bulan Agustus tahun lalu untuk penyelidikan, dan menghadapi pembatasan yudisial yang ketat, termasuk larangan meninggalkan Prancis, melapor kepada polisi dua kali seminggu, serta membayar jaminan sebesar 5,8 juta dolar.

Seiring dengan semakin jelasnya penyelidikan, pembatasan yudisial terhadap Durov secara bertahap dilonggarkan. Pada bulan Juli tahun ini, pengadilan pertama kali mengizinkannya untuk pergi ke kantor pusat di UEA, dengan izin tinggal dua minggu setiap kali; keputusan minggu ini sepenuhnya mencabut semua pembatasan perjalanan. Sumber-sumber di kalangan yudisial mengungkapkan bahwa keputusan ini didasarkan pada fakta bahwa Durov "sepenuhnya mematuhi kewajiban pengawasan yudisial."

Meskipun pembatasan tindakan individu telah dicabut, penyelidikan kriminal terhadap platform Telegram masih berlanjut. Kasus ini juga mengungkapkan kontradiksi mendalam antara privasi digital dan penegakan hukum, terutama pada saat penerapan penuh Undang-Undang Layanan Digital (DSA) Uni Eropa. Peraturan ini mewajibkan platform untuk segera menghapus konten ilegal, jika tidak, mereka akan menghadapi denda yang sangat besar.

Saat ini Durov sudah dapat tinggal dan berpergian bebas di UEA tanpa perlu persetujuan sebelumnya. Dia selalu berpegang pada prinsip "kebebasan digital", menolak adanya perilaku tidak pantas, dan secara tegas menekankan bahwa Telegram selalu mematuhi semua persyaratan hukum Uni Eropa, termasuk DSA.

Secara keseluruhan, perkembangan kasus Telegram tidak hanya mencerminkan pemulihan bertahap kebebasan pribadi Durov dan posisi jelas Uni Eropa dalam regulasi digital, tetapi juga mengungkapkan permainan kompleks antara tanggung jawab platform teknologi, perlindungan privasi pengguna, dan kebutuhan penegakan hukum.

Di bawah kerangka ketat dari Undang-Undang Layanan Digital Uni Eropa, arah akhir kasus ini tidak hanya akan mendefinisikan batasan baru untuk kepatuhan platform, tetapi juga akan memberikan wawasan berharga bagi penyusunan dan penyeimbangan aturan di era digital global.

#Telegram #PavelDurov