Baru-baru ini di forum investasi di AS, dua tokoh besar di dunia teknologi terlibat dalam debat yang sengit mengenai arah masa depan AI. Elon Musk dan Jen-Hsun Huang — satu adalah penggila mobil listrik dan roket, yang lainnya adalah pemimpin kerajaan chip — pandangan mereka tentang bagaimana kecerdasan buatan akan membentuk kembali pekerjaan manusia benar-benar bertolak belakang.

Ramalan optimis Musk terdengar seperti novel sci-fi. Dia percaya bahwa dalam 10 hingga 20 tahun ke depan, AI dan robot akan menjadikan pekerjaan sebagai "opsi yang dapat dipilih". Bayangkan, semua orang dapat mencapai kebebasan finansial, kemiskinan akan menjadi istilah sejarah. Saat itu, bekerja akan seperti menanam bunga dan merawat rumput di balkon rumah sendiri—murni untuk bersenang-senang, mau melakukannya silakan, tidak mau juga tidak masalah.

Pandangan Jen-Hsun Huang jauh lebih realistis, bahkan agak kejam. Dia dengan tegas menunjukkan: alat efisiensi tidak pernah membuat orang menjadi lebih santai, hanya akan membuat Anda menerima lebih banyak pekerjaan. Dia memberikan contoh nyata — setelah dokter radiologi menggunakan diagnosis bantuan AI, beban kerja tidak hanya tidak berkurang, tetapi malah meningkat karena dapat menangani lebih banyak kasus. Pengacara, programmer, dan berbagai profesi lainnya mengikuti logika ini: semakin canggih alatnya, semakin tinggi harapan bos, dan tugas hanya akan semakin berat.

Menariknya, kedua tokoh besar yang memiliki pandangan yang sangat berbeda ini sedang bekerja sama untuk membangun pusat data AI berkapasitas 500 megawatt di gurun Saudi. Musk juga mengungkapkan bahwa Tesla akan segera memproduksi massal robot humanoid yang hanya berharga 10 ribu dolar, yang ditargetkan pada pasar super senilai 25 triliun dolar.

Data nyata tampaknya lebih mendukung argumen Jen-Hsun Huang. Gelombang pemecatan di industri teknologi AS semakin parah, 37% pemimpin perusahaan mengakui bahwa AI telah mulai menggantikan posisi karyawan. Jen-Hsun Huang menyebutkan bahwa arsitektur superkomputer global telah mengalami perubahan drastis dalam enam tahun terakhir, dengan proporsi komputasi yang dipercepat melonjak dari 10% menjadi 90%.

Pandangan saya adalah: Kedua orang tersebut mungkin benar, hanya saja mereka berdiri di posisi yang berbeda di piramida. Musk menggambarkan pemandangan di puncak menara - orang-orang sedikit yang menguasai sumber daya komputasi dan memiliki kepemilikan platform, pekerjaan mereka memang akan berubah menjadi hobi. Sementara Jen-Hsun Huang berbicara tentang rutinitas di badan dan dasar menara - sebagian besar orang biasa hanya akan menjadi lebih sibuk, lebih terfragmentasi, dan lebih bergantung pada alat-alat ini untuk mempertahankan pekerjaan mereka dengan "dukungan" alat AI.

AI tidak akan menghilangkan pekerjaan, ia hanya mendefinisikan kembali "untuk siapa kita bekerja". Ketika AI generatif mengambil alih semakin banyak tugas, sumber daya yang benar-benar langka—kekuatan komputasi, data, dan kendali platform—tetap akan terpusat di tangan segelintir orang. Jadi inti dari masalahnya bukanlah apakah AI akan membuat manusia menganggur, tetapi di mana kita dapat berdiri dalam revolusi teknologi ini.