Jepang Membuka Jalur Baru dengan Peluncuran Stablecoin yang Didasarkan pada Yen Pertama

Jepang akan meluncurkan stablecoin pertama di dunia yang terikat pada yen pada hari Senin, sebuah langkah kecil tetapi signifikan di pasar yang masih didominasi oleh pembayaran tunai dan kartu.

Langkah ini bertujuan untuk menarik blockchain ke dalam keuangan sehari-hari dan menguji permintaan untuk proxy yen digital.

JPYC, sebuah startup Tokyo, mengatakan akan menerbitkan stablecoin yen yang sepenuhnya dapat dikonversi yang didukung oleh simpanan bank domestik dan obligasi pemerintah Jepang (JGBs). Perusahaan berencana untuk membebaskan biaya transaksi saat peluncuran untuk mendorong penggunaan, dan sebagai gantinya memperoleh pendapatan dari bunga atas kepemilikan JGB-nya.

Peluncuran ini terjadi saat para pembuat kebijakan dan investor mempertimbangkan kembali peran uang digital dalam keuangan arus utama. Dukungan dari pemerintahan Trump di AS telah menghidupkan kembali minat dalam kasus penggunaan stablecoin, sementara China sedang mempertimbangkan persetujuan untuk produk yang didukung yuan, sebuah tanda momentum global yang semakin berkembang.

Token Dolar Masih Mendominasi, Tetapi Masuknya Jepang Bisa Menandai Titik Balik Untuk Likuiditas Regional

Token yang dipatok pada dolar masih mendominasi pasar, menyumbang lebih dari 99% dari pasokan yang beredar, menurut data bank sentral internasional. Opsi yen yang layak dapat mendiversifikasi likuiditas di Asia dan memberikan cara bagi perusahaan lokal untuk menyelesaikan transaksi lebih cepat dan dengan biaya lebih rendah dibandingkan dengan jalur tradisional.

Jepang telah mempersiapkan dasar. Pada tahun 2023, pihak berwenang menetapkan aturan untuk memungkinkan penerbitan stablecoin di bawah pengawasan domestik.

Tiga megabank negara, Mitsubishi UFJ Bank, Sumitomo Mitsui, dan Mizuho, juga sedang mempersiapkan stablecoin yen dan dolar, yang dapat mendorong aset digital ke arus utama bagi populasi yang sudah lama terbiasa dengan uang tunai.